BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Endokarditis
infektif (IE) merupakan kejadian yang tidak biasa / jarang terjadi. Insiden tahunan
dilaporkan pada negara berkembang
terjadi antara 1,8 sampai 6,2 kasus dari 100.000 populasi. Tetapi perkiraan ini
mungkin tidak bisa menjadi pertimbangan. Meskipun endokarditis ini menyerang
neonatus (6,7 kasus), bayi (8 kasus), anak-anak (9,1 kasus), remaja/dewasa awal
dan ibu hamil (11 kasus), insiden ini meningkat setelah 30 usia tahun dan lebih
dari 10 kasus per 100.000 orang yang berusia lebih dari 50 tahun (12 kasus). (Ramsdale, 2006)
Endokarditis
adalah perubahan peradangan proliferatif dan eksudatif pada endokardium,
biasanya ditandai dengan vegetasi di permukaan endokardium atau di dalam
endokardiumnya sendiri, dan paling sering mengenai katup jantung, tetapi juga
menyerang lapisan dalam rongga jantung atau pada rongga endokardium di mana
saja. (Dorland, 2002).
Oleh
karena hal ini, diperlukan cara yang tepat untuk menangani keadaan penyakit
Endokarditis. Melalui tulisan ini, penulis mencoba untuk memberikan contoh
Asuhan Keperawatan pada pasien dangan penyakit Endokarditis, sehingga
masyarakat umum dan teman-teman mahasiswa Akper Pragolopati khususnya, dapat
mengetahui dan menerapkan cara yang tepat untuk memberikan asuhan keperawatan
pada pasien dengan penyakit Endokarditis.
B.
Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai penulis dengan
penulisan makalah ini adalah :
1. Tujuan
umum: Memberikan informasi dan menambah wawasan khususnya mahasiswa Akper
Pragolopati Pati,
dan pembaca pada umumnya mengenai penyakit Endokarditis dan Asuhan
Keperawatannya.
2. Tujuan Khusus yang ingin dicapai penulis dengan penulisan makalah
ini adalah:
a. Mengetahui pengertian Penyakit Endokarditis,
b. Mengetahui klasifikasi Penyakit Endokarditis,
c. Mengetahui etiologi Penyakit Endokarditis,
d. Mengetahui tanda dan gejala penyakit
Endokarditis,
e. Mengetahui patofisiologi Penyakit
Endokarditis,
f. Mengetahui pathways Penyakit Endokarditis,
g. Mengetahui pemeriksaan penunjang penyakit
Endokarditis,
h. Mengetahui penatalaksanaan Penyakit
Endokarditis,
i.
Mengetahui
komplikasi penyakit Endokarditis dan
j.
Memahami
asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien dengan Penyakit Endokarditis.
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Pengertian
Endokarditis adalah perubahan peradangan
proliferatif dan eksudatif pada endokardium,
biasanya ditandai dengan vegetasi di permukaan endokardium atau di dalam
endokardiumnya sendiri, dan paling sering mengenai katup jantung, tetapi juga
menyerang lapisan dalam rongga jantung atau pada rongga endokardium di mana
saja (Dorland, 2002)
Endokarditis merupakan infeksi katup dan
permukaan endotel jantung yang disebabkan oleh invasi langsung bakteri atau
organisme lain dan menyebabkan deformitas bilah katup. Mikroorganisme penyebab
meliputi bakteri (streptococcus,
enterococcus, pneumococcus, staphylococcus), fungi/jamur riketsia, dan
streptococcus viridans. Endokarditis infeksius yang sering terjadi pada lansia
mungkin akibat menurunnya respon imunologis terhadap infeksi, perubahan
metabolisme akibat penuaan, dan meningkatnya prosedur diagnostik infasif,
khususnya pada penyakit genito urinaria(metabolisme menurun) (Smeltzer, 2002)
Endokarditis infektif (endokarditis
bakterial) adalah infeksi katup dan permukaan endotelial jantung. Kondisi ini
disebabkan deformitas daun katup. Organisme penyebab mencakup banyak jenis
organisme termasuk banyak jenis bakteri, misalnya: streptococcus, pneumococcus,
staphylococcus, dan jamur (Baughman, 2000)
Endokarditis
merupakan infeksi katup dan permukaan endotel jantung yang disebabkan oleh
invasi langsung bakteri atau organisme lain dan menyebabkan deformitas bilah
katup. (Muttaqin, 2009).
B.
Klasifikasi
Pengertian mengenai endokarditis
dibagi menjadi dua bagian besar yaitu endokarditis infektif dan endokarditis
non infektif.
1. Endokarditis
infektif
Penyakit yang disebabkan oleh
infeksi bakteri pada endokardium jantung atau pada pembuluh darah besar.
Penyakit ini ditandai oleh adanya vegetasi. Berdasarkan gambaran klinisnya, endokarditis
infektif dibedakan menjadi dua yaitu : 1)
Endokarditis bakterial subakut, timbul dalam beberapa minggu atau bulan dan
disebabkan oleh bakteri yang kurang ganas, seperti streptokokus viridans. 2) Endokarditis oakterial akut, timbul
dalam beberapa hari sampai beberapa minggu, dengan tanda-tanda klinik yang
lebih berat. Sering disebabkan oleh bakteri yang ganas seperti stafilokokus
aureus. (Ramsdale, 2006)
2.
Endokarditis non infektif
Penyakit
yang disebabkan oleh laktor trombosis yang disertai dengan vegetasi, Penyakit
ini sering didapatkan pada penderita stadium akhir dari proses keganasan. Berdasarkan jenis katup jantung
yang terkena infeksi, endokarditis dibedakan juga menjadi dua yaitu : 1) Native valve endocarditis, yaitu
infeksi pada katup jantung alami. 2) Prosthetic Valve endocarditis, yaitu
infeksi pada katup jantung buatan.
Gejala klinis endokarditis, sangat
bervariasai dari yang ringan hingga yang terberat, yaitu Endokarditis Akut, dan
Endokarditis Subakut
1.
Endokarditis Akut
Biasanya dimulai secara tiba-tiba dengan demam tinggi 38,9-40,9
Celsius, denyut jantung yang cepat, kelelahan dan kerusakan katup jantung yang
cepat dan luas. Vegetasi endokardial (emboli) yang terlepas bisa
berpindah dan menyebabkan infeksi tambahan di tempat lain Penimbunan nanah (abses)
dapat terjadi di dasar katup jantung yang terinfeksi atau di tempat
tersangkutnya emboli yang terinfeksi. Katup jantung bisa mengalami perforasi
(perlubangan) dan dalam waktu beberapa hari bisa terjadi kebocoran besar.
Beberapa penderita mengalami syok;
ginjal dan organ lainnya berhenti berfungsi (sindroma sepsis). Infeksi
arteri dapat memperlemah dinding pembuluh darah dan meyebabkan robeknya
pembuluh darah. Robekan ini dapat berakibat fatal, terutama bila terjadi di
otak atau dekat dengan jantung
2.
Endokarditis Sub Akut
Bisa menimbulkan gejala beberapa bulan sebelum katup
jantung rusak atau sebelum terbentuknya emboli. Gejalanya berupa kelelahan,
demam ringan 37,2-39,2 Celsius, penurunan berat badan, berkeringat dan anemia.
Diduga suatu endokarditis jika seseorang mengalami demam tanpa sumber infeksi
yang jelas, jika ditemukan murmur jantung yang baru atau jika murmur
yang lama telah mengalami perubahan. Limpa bisa membesar, Pada kulit timbul
binti-bintik yang sangat kecil, juga di bagian putih mata atau dibawah kuku
jari tangan. Bintik-bintik ini merupakan perdarahan yang sangat kecil yang
disebabkan oleh emboli kecil yang lepas dari katup jantung. Emboli yang lebih
besar dapat menyebabkan nyeri perut, penyumbatan mendadak pada arteri lengan
atau tungkai, serangan jantung atau (stroke).
(Ramsdale, 2006).
Gejala
lain : menggigil, nyeri sendi, kulit pucat, denyut jantung cepat, kebingungan, adanya
darah dalam air kemih.
Faktor
resiko : sifat ringan belum menimbulkan gejala tetapi bisa berkembang menjadi
septikimia yaitu infeksi berat dalam darah akibat demam tinggi, menggigil, gemetar,
menurunnya tekanan darah.
C.
Etiologi
1.
Endokarditis
Infeksi
Mikroorganisme penyebab
mencakup bakteri (streptococcus, enterococcus, pneumococcus, staphylococcus)
fungi, riketsia, dan streptococcus viridans. Endokarditis
infeksi terjadi pada pasien yang mempunyai riwayat penyakit katup jantung.
Pasien yang beresiko tinggi adalah pasien dengan panyakit jantung rematik atau
prolaps mitral dan yang pernah menjalani pembedahan katup prostetik.
Endokarditis
infeksi biasanya terjadi pada manula, mungkin akibat menurunnya respons
imunologis terhadap infeksi, perubahan metabolisme akibat penuaan, dan
meningkatkan prosedur diagnostik invasif, khususnya pada penyakit genitouriner.
Terdapat insidensi tinggi endokardium staphilococcus diantara pemakai obat
intravena, penyakit yang terjadi paling sering pada orang-orang yang secara
umum sehat.
Endokarditis
yang didapat di rumah sakit terjadi paling sering pada pasien dengan penyakit
yang melemahkan, yang memakai kateter indweler, dan yang menggunakan terapi
intravena atau antibiotika jangka panjang. Pasien yang diberi pengobatan
imunosupresif atau steroid dapat mengalami endokarditis fungi (Smeltzer, 2002)
2.
Endokarditis
Rematik
Endokarditis rematik dihubungkan secara
langsung dengan demam rematik yang disebabkan oleh bakteri streptococcus. Demam rematik mengenai semua persendian tulang, menghasilkan
poliartritis. Kerusakan yang paling serius terjadi pada jantung. Endokarditis
rematik memanifestasikan dirinnya dengan vegetasi transkulen kecil yang
menyerupai manik-manik seukuran jarum pentul, tersusun dalam baris sepanjang
margin bebas daun katup. (Baughman,2000)
D.
Manifestasi Klinik
1. Endokarditis Infeksi
a. Manifestasi umum
:
1) Mirip
dengan influenza, mencakup keluhan yang tidak jelas tentang adanya kelemahan
2) Anoreksia
3) Berat Badan Menurun
4) Batuk
5) Nyeri
sendi dan punggung.
6) Demam dapat berlangsung terus-menerus retermiten /
intermiten atau tidak teratur sama sekali. Suhu 38-40o C terjadi
pada sore dan malam hari, kadang disertai menggigil dan keringat banyak.
Terjadi demam intermiten dan mungkin tidak ada demam pada pasien yang
sudah mendapat antibiotik dan kortikosteroid atau pada manula, dan pada mereka
yang mengalami gagal jantung kongestif atau gagal ginjal. Perdarahan splinter (garis atau goresan perdarahan)
bisa dilihat di kuku jari tangan atau kaki, dan petekia dapat muncul di conjunctiva
dan membran mukosa. Perdarahan dengan bagian tengah pucat (spot Roth) yang dapat terlihat di fundus okuli disebabkan oleh
emboli di lapisan serabut syaraf di mata.
7) Murmur jantung
Yang pada mulanya tidak ada. Perkembangan murmur yang
progresif sesuai perkembangan waktu dapat terjadi dan menunjukkan adanya
kerusakan katup akibat vegetasi atau
perforasi katup atau chordae tendineae.
2.Pembesaran
jantung atau adanya bukti gagal jantung kongestif juga bisa terjadi.
8)
Anemia
ditemukan bila infeksi telah berlangsung lama. Pada sebagian penderita
ditemukan pembesaran hati dan limpa.
b. Manifestasi sistem saraf pusat mencakup
1) sakit kepala.
2) iskemia serebral transien atau sementara, dan
3) stroke, yang mungkin diakibatkan oleh emboli pada
arteri serebral.
c. Embolisasi mungkin merupakan gejala yang ada terjadi
setiap waktu dan mengenai berbagai sistem organ. Fenomena emboli dapat
termanifestasi di paru (pneumonia berulang, abses pulmo), ginjal (hematuria, gagal
ginjal), limpa (nyeri abdomen kuadran kiri atas), jantung (infark miokardium),
otak (stroke), atau pembuluh perifer. (Smeltzer, 2002)
d.
Gejala
jantung
Yang muncul tergantung pada bagian jantung yang terkena.
Katup mitral adalah yang paling sering terkena, menimbulkan gejala jantung
kiri: sesak nafas dengan crackle dan wheezing pada paru. Beratnya gejala
tergantung pada ukuran dan lokasi lesi.
Gejala sistemik yang terjadi akan sesuai dengan virulensi organisme yang
menyerang. Bila ditemukan murmur pada seseorang yasng menderita infeksi
sistemik, maka harus dicurigai adanya infeksi endokarditis. (Smeltzer, 2002)
Sering penderita tidak mengetahui dengan jelas. Sejak kapan penyakitnya
mulai timbul, misalnya sesudah cabut gigi, mulai kapan demam, letih-lesu,
keringat malam banyak, nafsu makan berkurang, berat badan menurun, sakit sendi,
sakit dada, sakit perut, hematuria, buta mendadak, sakit pada ekstremitas (jari
tangan dan kaki), dan sakit pada kulit.
2.
Endokarditis
Rematik
Gejala-gejala tergantung pada jantung sebelah mana
yang terkena. Keparahan gejala tergantung pada ukuran dan letak lesi. Katup
mitral paling sering terkena, menghasilkan gejala-gejala gagal jantung sebelah
kiri: sesak napas, krakles, dan mengi. (Baughman, 2000)
E.
Patofisiologi
a.
Endokarditis
Infeksi
Mikroorganisme
penyebab mencakup bakteri (streptococcus, enterococcus, pneumococcus,
staphylococcus) fungi, riketsia, dan streptococcus viridans.
Endokarditis
infeksi terjadi pada pasien yang mempunyai riwayat penyakit katup jantung. Pasien
yang beresiko tinggi adalah pasien dengan panyakit jantung rematik atau prolaps
mitral dan yang pernah menjalani pembedahan katup prostetik.
Murmur jantung yang pada mulanya tidak ada. Perkembangan murmur yang
progresif sesuai perkembangan waktu dapat terjadi dan menunjukkan adanya
kerusakan katup akibat vegetasi atau perforasi katup atau chordae tendineae. 2.Pembesaran
jantung atau adanya bukti gagal jantung kongestif juga bisa terjadi.
Vegetasi endokardial (emboli) yang terlepas bisa berpindah dan menyebabkan infeksi
tambahan di tempat lain Penimbunan nanah (abses) dapat terjadi di dasar katup jantung yang terinfeksi atau
di tempat tersangkutnya emboli yang terinfeksi. Katup jantung bisa mengalami perforasi (perlubangan) dan dalam
waktu beberapa hari bisa terjadi kebocoran besar.
Komplikasi yang paling sering
ditemukan adalah gagal jantung sedang sampai berat dan kemtian terjadi 85% dari
95 kasus
Penurunan curah jantung berhubungan dengan
keterbatasan pengisian jantung / konstraktilitas ventricular, disritmia dan
peningkatan kerja ventricular.
b.
Patofisiologi
Endokarditis Rematik
Terjadinya
endokarditis rematik disebabkan langsung oleh demam rematik, suatu penyakit
sistemik yang disebabkan oleh infeksi streptoococcus group A. Demam rematik
mempengaruhi semua persendian, menyebabkan poliartritis. Jantung juga merupakan
organ sasaran dan merupakan bagian yang kerusakannya paling serius.
Kerusakan
jantung dan lesi sendi bukan akibat infeksi, artinya jaringan tersebut tidak
mengalami infeksi atau secara langsung dirusak oleh organisme tersebut, namun
hal ini merupakan fenomena sensifitas atau reaksi, yang terjadi sebagai respaon
terhadap streptococcus hemoliticus. Leukosit darah akan tertimbun pada jaringan
yanbg terkena dan membentuk nodul, yang kemudian akan diganti dengan jaringan
parut.
Endokarditis
rematik secara anaotomis dimanifestasikan dengan adanya tumbuhan kecil yang
transparan, yang menyerupai manik-manik dengan ukuran sebesar kepala jarum
pentul, tersusun dalam deretan sepanjang tepi bilah katup.
Manik-manik
kecil tadi tidak tampak berbahaya dan dapat menghilang tanpa merusak bilah
katup, namun yang lebih sering mereka menimbulkan efek serius. Mereka menjadi
awal terjadinya suatu proses yang secara bertahap menebalkan bilah-bilah katup,
menyebabkannya menjadi memendek dan menebal dibanding dengan bilah katup yang
normal, sehingga tak dapat menutup dengan sempurna. Sebagai akibatnya
terjadilah kebocoran, keadaan inn ddisebut regurgitasi katup. Tempat yang paling
sering mengalami regurgitasi katup adalah katup mitral.
Pada
klien lain, tepi bilah katup yang meradang menjadi lengket satu sama lain,
mengakibatkan stenosis katup, yaitu penyempitan lumen katup. Sebagian kecil
dengan demam rematik menjadi sakit berat dengan gagal jantung yang berat,
disritmia serius dan pneumonia rematik. Klien ini harus dirawat di ruang
perawatan intensif.
Kebanyakan klien dapat
sembuh dengan segera dan biasanya sempurna. Namun, meskipun klien telah bebas
dari gejala, masih ada beberapa efek residual permanen yang tetap tinggal yang
sering menimbulkan deformitas katup progresif. Beratnya kerusakan kerusakan
jantung atau bahkan keberadaanya, mungkin tidak tampak pada pemeriksaan fisik
selama fase akut penyakit ini. (Smeltzer,
2002)
F.
Pemeriksaan
Penunjang
1.
Enzim jantung
Peningkatan CPK, tapi MB inzuenzim tidak ada.
2.
Angiografi
Terlihat stenosis katup dan regurgitasi dan
atau menurunnya gerakan.
3.
Rontgen
Terlihat pembesaran jantung,
infiltrat pulmonal.
4.
Kultur darah
untuk mengisolasi penyebab bakteri, virus dan
jamur.
5.
ESR
Elevasi secara umum.
6.
Titer ASO
Demam rematik (kemungkinan faktor pencetus).
7.
Titer ANA
Positif dengan penyakit autoimmun contoh: SLE (kemungkinan faktor pencetus).
8.
BUN
Mengevaluasi uremia (kemungkinan
faktor pencetus). Perikardiosentesis: cairan perikardial
diperiksa untuk mengetahui penyebab infeksi, bakteri, TBC, virus atau infeksi
jamur, SLE, penyakit rematik, keganasan.
9.
Laboratorium
Leukosit dengan
jenis netrofil, anemia normokrom normositer, LED meningkat, immunoglobulin
serum meningkat, uji fiksasi anti gama globulin positf, total hemolitik
komplemen dan komplemen C3 dalam serum menurun, kadar bilirubin sedikit
meningkat. Pemeriksaan umum
urine ditemukan maka proteinuria dan hematuria secara mikroskopik. Yang penting
adalah biakan mikro organisme dari darah . Biakan harus diperhatikan darah
diambil tiap hari berturut-turut dua / lima hari diambil sebanyak 10 ml
dibiakkan dalam waktu agak lama (1-3 minggu) untuk mencari mikroorganisme yang
mungkin berkembang agak lambat. Biakkan bakteri harus dalam media yang sesuai.
Dengan catatan darah diambil sebelum diberi antibiotik. Biakan yang positif uji
resistensi terhadap antibiotik.
Anemia normokrom normositer. Terdapat toxic granule,
kadang didapatkan staphylococcus dalamnya. LED
akan meningkat, lekostosis, kultur darah (+).
10. EKG
Kelainan
EKG yang dijumpai adanya infark miokard karena emboli dari arteri koronaris
karena vegetasi. Kelainan konduksi berupa arteri ventricular aritmia dapat juga
terjadi karena perluasan infark miokardium, abaces didekat sistim konduksi, sehingga
terjadi blok sistim hantaran.
11. Foto
thorax
Pada
foto dada terlihat di atasi dari satu atau lebih dari bilik jantung, yang akan
berkembang menjadi kegagalan ventrikel kiri dengan terlihatnya adema paru,
pleural effusi.
12. Echocardiografi
a.
Melihat vegetasi
pada katup aorta terutama vegetasi yang besar (kurang dari 5 mm);
b. Melihat dilatasi atau
hipertrofi atrium atau ventrikel yang progresif;
c.
Mencari penyakit yang menjadi
predisposisi endokarditis (prolaps mitral, fibrosis, dan kalsifikasi katup mitral);
Penutupan katup mitral yang lebih
dini menunjukkan adanya destruktif katup aorta dan merupakan indikasi untuk
melakukan penggantian katup. (Smeltzer,
2002)
G.
Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan
keperawatan
a.
isolasikan organisme penyebab melalui seri kultur darah. Kultur darah dilakukan
untuk membantu perjalanan terapi
b. setelah
pemulihan drai proses infeksi, kerusakan katub serius mungkin membutuhkan
pengganti katub.
c. suhu tubuh pasien dipantau untuk
keefektifan pengobatan.
2. penatalaksanaan
medis
a. Tirah baring / bed
rest
b. farmakoterapi :
antibiotik (penicilin, streptomicyn vancomicyn, gentamicyn)
c. Penderita dirawat di
rumah sakit dan mendapatkan antibiotika intravena dosistinggi. Pemberian
antibiotika saja tidak cukup pada infeksi katup buatan. Mungkin perlu dilakukan
pembedahan jantung untuk memperbaiki atau mengganti katupyang rusak dan
membuang vegetasi. Endokarditis infektif dengan vegetasi ukurankurang dari 1 cm
biasanya akan sembuh dengan pemberian antibiotika selama 4-6minggu. Sedangkan
untuk vegetasi yang berukuran lebih dari 1 cm dan tidak respon terhadap
pemberian antibiotika selama 3 minggu biasanya memerlukanterapi pembedahan.
Terapi dan prognosis pada endokarditis bergantung padakeadaan yang mendasari
terjadinya endokarditis dan sensitifitas organismeterhadap jenis antibiotika
tertentu (Smeltzer, 2002)
I.
Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi disemua
organ bila terjadi emboli infektif
1.
Gagal jantung
Komplikasi
yang paling sering ditemukan adalah gagal jantung sedang sampai berat dan
kemtian terjadi 85% dari 95 kasus. Endokarditis
ada infeksi di katup jantungnya, kalau ada infeksi maka kerja jantung kurang
maksimal, akibat katup jantung yang kerjanya tidak maksimal sehingga bisa
terjadinya gagal jantung.
2.
Emboli
Emboli
terjadi pada 13-35% endokarditis infektif subakut dan 50-60% pada penderita endokarditis akut. Emboli arteri
sering terjadi pada otak, paru, arteri koronaria, limpa, ginjal
ekstrimitas, usus, mata dll.
3.
Aneurisma nekrotik
Terjadi pada
3-5% endokarditis infektif dan akan mengalami perdarahan
4.
Gangguan neurologi
Ditemukan
pada 40-50% endokarditis infektif. Ganguan bisa berupa, gangguan kesadaran, gangguan jiwa(psikotik) meningo
ensepalitis steril. Kelainan pada
pembuluh darah otak 80% disebabkan infark dan 20% karena perdarahan otak.
Meskipun
pasien berespons baik terhadap pengobatan antimikroba, namun endokarditis bisa
merusak jantung atau organ lain. Gagal jantung kongestif dan komplikasi
vaskuler serebral seperti stroke dapat terjadi sebelum, selama, atau setelah
terapi. Stenosis atau
regurgitasi katup, kerusakan jantung dan aneurisma nekotik (fungi) merupakan
komplikasi potensial pada jantung. Banyak organ lain yang mengalami komplikasi
akibat emboli septik maupun nonseptik, respons imunologis, atau terganggunya
hemodinamika. (Smeltzer,
2002)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A.
Pengkajian Keperawatan
Hasil pengkajian pada klien
miokarditis, meliputi :
a.
Aktivitas / istirahat
Gejala :
kelelahan, kelemahan.
Tanda :
takikardia, penurunan tekanan darah, dispnea dengan aktivitas.
b.
Sirkulasi
Gejala :
riwayat demam rematik, penyakit jantung congenital, bedah jantung, palpitasi,
jatuh pingsan.
Tanda :
takikardia, disritmia, perpindaha titik impuls maksimal, kardiomegali, frivtion
rub, murmur, irama gallop (S3 dan S4), edema, DVJ, petekie, hemoragi splinter,
nodus osler, lesi Janeway.
c.
Eliminasi
Gejala :
riwayat penyakit ginjal/gagal ginjal ; penurunan frekuensi/jumlsh urine.
Tanda : urin
pekat gelap.
d.
Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala :
nyeri pada dada anterior (sedang sampai berat/tajam) diperberat oleh inspirasi,
batuk, gerakkan menelan, berbaring.
Tanda :
perilaku distraksi, misalnya gelisah.
e. Pernapasan
Gejala : napas pendek ; napas pendek
kronis memburuk pada malam hari (miokarditis).
Tanda : Dispnea, DNP (dispnea
nocturnal paroxismal)
Batuk,
inspirasi mengi, Takipnea,
krekels, dan ronkhi
Pernapasan
dangkal. (Doengoes,
2002)
B. Diagnosa Keperawatan
1.
Gangguan pola nafas
berhubungan dengan nyeri akut akibat inflamasi .
2.
Gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan fungsi ginjal yang tidak
adekuat, dan edema.
3.
Penurunan
curah jantung berhubungan dengan keterbatasan pengisian jantung / konstraktilitas
ventricular, disritmia dan peningkatan kerja ventricular.
A.
Intervensi
Keperawatan
1. Gangguan pola nafas berhubungan dengan nyeri akut
akibat inflamasi.
a. Tujuan
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama
2 x 24 jam tidak terjadi gangguan pola
nafas
b. Kriteria
Hasil
1) Menunjukkan
pola pernafasan efektif, dibuktikan dengan status pernafasan yang tidak
berbahaya: ventilasi dan status tanda vital mendekati normal.
2) Ekspansi
dada simetris.
3) Kedalaman inspirasi dan kemudahan bernafas.
4) Bunyi
nafas tambahan tidak ada.
5) Nafas
pendek tidak ada
6) Tidak
ada penggunaan otot bantu pernafasan.
7) Frekuensi
nafas normal 16-20 x/menit, irama respirasi dalam batas normal; dan
8) Penafasan optimal saat menggunakan ventilator mekanik.
c.
Intervensi
1)
Kaji frekuensi
kedalaman pernafasan dan ekspansi dada. Catat upaya pernafasan termasuk
penggunaan otot bantu pernafasan / pelebaran nasal.
Rasional :
kecepatan biasanya mencapai kedalaman pernafasan bervariasi tergantung derajat
gagal nafas. Expansi dada terbatas yang berhubungan dengan atelektasis dan atau
nyeri dada
2)
Auskultasi
bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas seperti krekels, wheezing.
Rasional :
ronki dan wheezing menyertai obstruksi jalan nafas / kegagalan pernafasan.
3)
Tinggikan
kepala dan bantu mengubah posisi.
Rasional :
duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernafasan.
4)
Observasi pola
batuk dan karakter sekret.
Rasional :
Kongesti alveolar mengakibatkan batuk sering/iritasi.
5)
Dorong/bantu
pasien dalam nafas dan latihan batuk.
Rasional : dapat meningkatkan/banyaknya sputum dimana gangguan ventilasi dan ditambah ketidak nyaman upaya bernafas.
Rasional : dapat meningkatkan/banyaknya sputum dimana gangguan ventilasi dan ditambah ketidak nyaman upaya bernafas.
6)
Kolaborasi
a)
Berikan oksigen
tambahan
b)
Berikan
humidifikasi tambahan misalnya : nebulizer
Rasional : memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas, memberikan kelembaban pada membran mukosa dan membantu pengenceran sekret.
Rasional : memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas, memberikan kelembaban pada membran mukosa dan membantu pengenceran sekret.
2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
berhubungan dengan fungsi ginjal yang tidak adekuat, dan edema.
a. Tujuan
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam gangguan
cairan tidak terjadi lagi.
b. Kriteria Hasil:
1)
Menunjukkan keseimbangan cairan
adekuat dibuktikan oleh ganda vital stabil
2)
membran mukosa lembab
3)
turgor kulit baik
4)
pengisian kapiler baik.
5)
secara individu mengeluarkan urine cukup, dan tak ada muntah.
c.
Intervensi
1)
Kaji membran mukosa/kulit, nadi
perifer, dan pengisian kapiler.Pertahankan masukan dan haluaran akurat
Rasional : mengkaji input dan
output cairan
2)
Perhatikan haluaran kurang
dari masukan peningkatan berat jenis urine. \
Rasional : Memberikan
informasi tentang status cairan/volume sirkulasi dan kebutuhan penggantian.
3) Awasi
tanda/gejala peningkatan atau berlanjutnya mual/muntah, kram abdomen, kelemahan
kejang, kejang ringan, kecepatan jantung tak teratur, parestesia, hipoaktif
atau tak adanya bising usus, depresi pernapasan.
Rasional : Muntah berkepanjangan, aspirasi
gaster, dan pembatasan pemasukan oral dapat menimbulkan defisit natrium,
kalium, dan klorida.
4) Hindarkan
dari liungkungan yang berbau.
Rasional : Menurunkan rangsangan pada pusat muntah.
5) Lakukan
kebersihan oral dengan pencuci mulut; berikan minyak.
Rasional : Menurunkan kekeringan membran
mukosa, menurunkan risiko pendarahan oral.
6) Gunakan
jarum kecil untuk injeksi dan melakukan tekanan pada bekas suntikan lebih lama
dari biasanya.
Rasoinal : Menurunkan trauma, risiko pendarahan/pembentukan hematoma.
7) Kaji
pendarahan yang tak bisanya, contoh pendarahan terus menerus pada sisi injeksi,
mimisan, pendarahan gusi, ekimosis, petekie, hematemesis/melena.
Rasional : Protrombin darah menurun dan waktu
koagulasi memanjang bila aliran empedu terhambat, meningkatkan risiko
pendarahan/hemoragi.
8) Pertahankan
pasien puasa sesuai keperluan.
Rasional : Menurunkan sekresi dan motilitas gaster.
9) Masukan
selang NGT, hubungkan ke penghisap dan pertahankan patensi sesuai indikasi.
Rasional : Memberikan istirahat pada traktus GI.
10) Berikan
antiemetik, contoh proklorperazin (Compazine).
Rasional :
Menurunkan mual dan mencegah muntah.
11) Kaji ulang
pemerikasaan laboratorium contoh Ht/Hb; elektrolit; GDA (pH); waktu pembekuan.
Rasional : Membantu dalam evaluasi volume
sirkulasi, mengidentifikasi defisit dan mempengaruhi pilihan intervensi atau
penggantian/koreksi.
12) Berikan
cairan IV, elektrolit, dan vitamin K.
Rasional : Mempertahankan
volume sirkulasi dan memperbaiki ketidakseimbangan.
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan
keterbatasan pengisian jantung/konstraktilitas ventricular, disritmia dan
peningkatan kerja ventricular
a. Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam:
1) Klien
menunjukkan tanda vital dalam batas yang dapa diterima (disaritmia terkontrol
atau hilang).
2) Melaporkan
penurunan epiode dispnea.
3)
Ikut
serta dalam aktivitas yang mengurangi beban kerja jantung.
b. Kriteria
Hasil:
1)
Suhu,
pernafasan, tekanan darah, nadi dalam rentan yang diharapkan individu;
2)
Menunjukkan
status sirkulasi tekanan systole dan diastole dalam batas normal;
3)
Gas
darah dalam batas normal;
4) Bunyi
nafas tambahan tidak ada;
5) Produksi
urin adekuat; dan
6) Hasil
laborIum BUN normal.
c. Intervensi
1)
Pantau frekuensi/ irama jantung.
Rasional : Takikardia
dan disritmia dapat terjadi saat jantung berupaya untuk meningkatkan curahnya
berespons pada demam, hipoksia, dan asidosis karena iskemia.
2)
Auskultasi bunyi jantung. Perhatikan
jarak/ muffled tonus jantung, murmur, gallop S3 dan S4.
Rasional : Memberikan
deteksi dini dari terjadinya komplikasi, missal: GJK, tamponade jantung.
3)
Dorong tirah baring dalam posisi
semi fowler
Rasional :
Menurunkan kerja jantung, mrmaksimalkan curah jantung
4)
Berikan tindakan kenyamanan, missal:
gosokan punggung dan perubahan posisi, dan aktivitas hiburan dalam toleransi
jantung.
Rasional : Meningkatkan
relaksasi dan mengarahkan kembali perhatian.
5)
Dorong penggunaan teknik menejemen
stres, missal: bimbingan imajinasi, latihan pernafasan.
Rasional : Perilaku
yang bermanfaat untuk mengontrol ansietas, meningkatkan relaksasi, menurunkan
beban kerja jantung.
6)
Selidiki nadi cepat, hipotensi,
penyempitan tekanan nadi, peningkatan CVP/ DVJ, perubahan tonus jantung,
penurunan tingkat kesadaran.
Rasional :
Manifestasi klinis dari tamponade jantung yang dapat terjadi pada
perikarditis bila akumulasi cairan/ eksudat dalam kantung pericardia membatasi
pengisian dan curah jantung.
7)
Kolaborasi dalam pemberikan obat-
obatan sesuai indikasi, Antibiotic/ antimicrobial intravena
Rasional :Diberikan untuk mengatasi pathogen
yang teridentifikasi(endokarditi/ perikarditis, miokarditis), yang mencegah
keterlibatan/ kerusakan jantung lebih lanjut.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan
dapat disimpulkan bahwa :
1. Endokarditis
adalah perubahan peradangan proliferatif dan eksudatif pada endokardium, biasanya ditandai dengan vegetasi di
permukaan endokardium atau di dalam endokardiumnya sendiri, dan paling sering
mengenai katup jantung, tetapi juga menyerang lapisan dalam rongga jantung atau
pada rongga endokardium di mana saja. (Dorland, 2002)
2.
Untuk mengatasi penyakit Meniere yang perlu diperhatikan dari
masalah klien adalah: berbaring dan tidak melakukan gerakan-gerakan mendadak,
terapi farmakologis, dan pengetahuan klien serta menjaga
kesehatan, dan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa juga perlu dilakukan karena
kita adalah makhluk ciptaan-Nya.
B. Saran
1. Mengingat
perlunya menjaga kesehatan jantung maka perlu diketahui tentang bagaimana cara
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien penyakit Endokarditis.
2. Mengingat
komplikasi yang ditimbulkan dari penyakit Endokarditis ini, maka diperlukan
keseriusan dalam menangani penyakit ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Baughman,
Diane C., Hackley, Joann C.. 2000. Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Doenges, Marilyn E,. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
Kumala,
Poppy, dan Nuswantari, Dyah. 2002. Kamus
Saku Kedokteran Dorland. Jakarta : EGC.
Muttaqin,
Arif. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan
Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta : Salemba Medika.
Ramsdale,
David. 2006. Color
Atlas of Infective Endocarditis. Singapore : Springer
Smeltzer,
Suzane C.. 2002. Buku
Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth. Eds.8. Jakarta : EGC.
Free Baccarat and Betting - Welsh Rugby League
BalasHapusBaccarat is a popular game in which players wager on one or more hands. It is worrione similar to baccarat 메리트카지노 and is 인카지노 easy to understand.